Lari................!!!!!!!!!!!!!!!!!

“Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jamaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” (Abu Hurairah ra.)

By Badroe with No comments

Cintaku Karena Keteguhan Kau Menjaganya



Sahabat, akupun merasa tersakiti ketika rambutmu tergerai dan terlihat oleh kaumku yang bukan muhrimmu, karena kurasa itu sebuah 'pelecehan'. Ya, kau yang begitu menjaga auratmu, semoga Alloh senantiasa memberikan keistikomahan dalam menjaga syariat itu. Kaulah yang menyelamatkan kaumku dari kebinasaan moral, kaulah yang mencintaiku dengan menjaga permatamu, kaulah yang kucinta karena Alloh telah menjaga agama ini dengan syariat yang kau amalkan. Mereka hanya belum memahami arti menjaga kemuliaanmu itu..semoga Alloh menggerakkan hati mereka untuk semakin terbuka menerima cahaya-Nya.

By Badroe with No comments

Atheis

Aku pemuda yang beranjak dewasa. Aku dilahirkan dari keluarga yang biasa saja, kekurangan tidak, apalagi kelebihan. Tapi cukuplah keluargaku memenuhi kebutuhanku.
Aku terkadang iri terhadap mereka yang aktif dalam berbagai kegiatan, makannya aku punya kemampuan mengorganisir teman-temanku karena kumencoba belajar seperti mereka. Namun entah kenapa aku lebih sangat iri sama mereka yang lebih sangat aktif selain dunia juga terhadap Tuhan mereka. Mereka dengan giat beribadah sama Tuhan mereka.
Entah kenapa terbesit dalam benakku untuk seperti mereka. Namun, rasa maluku untuk menjadi pribadi seperti mereka nampaknya mengalahkan tekadku untuk berubah.
Ya, mungkin itulah rasa yang kini kucari selama ini. Kedamaian bersama pemilikku. 
Aku tahu ini adalah salah. Ya, sudah sangat lama aku tak merasakan kenikmatan tersebut. Rasa yang memberikan semangat hidupku.
Aku tak beragama. Itulah yang mungkin cocok menyebut statusku sekarang. Gimana tidak, aku tak pernah sekalipun ibadah seperti orang-orang yang aku idamkan belakangan ini. Jangankan ibadah orang di luar kepercayaan keluargaku. Ibadah keluargaku yang telah mengajakku mengenalNya sejak kecil saja sudah tak kulakukan. Tapi, aku tak hanya ingin beragama hanya karena keturunan atau bahkan agama KTP.
Kini, kusadar semua yang kulakukan adalah salah. Kedamaian itu datangnya dari Tuhan yang telah memberikan semuanya kepadaku. Hanya saja aku yang tak sadar kasihNya yang Maha Luas. Masih banyak orang di sekitar kita yang sangat mencintai kita.
Mereka kokoh dalam barisan persaudaraan yang kuat dalam setiap panggilanNya. Mereka saling memberi dan mencintai karenaNya..Ya, ISLAM memberikan semuanya..Rasa cinta ini semoga menjadi motivasi bagiku untuk mengenal orang-orang yang kuidam-idamkan dulu..

Inspired from my friend

By Badroe with No comments

Puasa Daud, Puasa Istimewa

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Nabi-Nya. Dalam postingan-postingan sebelumnya, kami telah menyinggung mengenai beberapa puasa sunnah, juga membahas keutamaannya. Pada kesempatan kali ini, kami akan menyajikan materi puasa lainnya yaitu mengenai puasa Daud. Puasa Daud adalah melakukan puasa sehari, dan keesokan harinya tidak berpuasa. Semoga bermanfaat.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا

“Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Daud, dan shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga malam terakhir dan beliau tidur lagi pada seperenam malam terakhir. Sedangkan beliau biasa berpuasa sehari dan buka sehari.”[1]

Faedah hadits:

1. Hadits ini menerangkan keutamaan puasa Daud yaitu berpuasa sehari dan berbuka (tidak berpuasa) keesokan harinya. Inilah puasa yang paling dicintai di sisi Allah dan tidak ada lagi puasa yang lebih baik dari itu.

2. Di antara faedah puasa Daud adalah menunaikan hak Allah dengan melakukan ketaatan kepada-Nya dan menunaikan hak badan yaitu dengan mengistirahatkannya (dari makan).

3. Ibadah begitu banyak ragamnya, begitu pula dengan kewajiban yang mesti ditunaikan seorang hamba begitu banyak. Jika seseorang berpuasa setiap hari tanpa henti, maka pasti ia akan meninggalkan beberapa kewajiban. Sehingga dengan menunaikan puasa Daud (sehari berpuasa, sehari tidak), seseorang akan lebih memperhatikan kewajiban-kewajibannya dan ia dapat meletakkan sesuatu sesuai dengan porsi yang benar.

4. Abdullah bin 'Amr sangat semangat melakukan ketaatan. Ia ingin melaksanakan puasa setiap hari tanpa henti, begitu pula ia ingin shalat malam semalam suntuk. Karena ini, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarangnya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi solusi padanya dengan yang lebih baik. Untuk puasa beliau sarankan padanya untuk berpuasa tiga hari setiap bulannya. Namun Abdullah bin 'Amr ngotot ingin mengerjakan lebih dari itu. Lalu beliau beri solusi agar berpuasa sehari dan tidak berpuasa keesokan harinya. Lalu tidak ada lagi yang lebih afdhol dari itu. Begitu pula dengan shalat malam, Nabi shallallallahu 'alaihi wa sallam memberi petunjuk seperti shalat Nabi Daud. Nabi Daud ‘alaihis salam biasa tidur di pertengahan malam pertama hingga sepertiga malam terakhir. Lalu beliau bangun dan mengerjakan shalat hingga seperenam malam terkahir. Setelah itu beliau tidur kembali untuk mengistirahatkan badannya supaya semangat melaksanakan shalat Fajr, berdzikir dan beristigfar di waktu sahur.

5. Berlebih-lebihan hingga melampaui batas dari keadilan dan pertengahan dalam beramal ketika beribadah termasuk bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) yang tercela. Hal ini dikarenakan menyelisihi petunjuk Nabawi dan juga dapat melalaikan dari berbagai kewajiban lainnya. Hal ini dapat menyebabkan seseorang malas, kurang semangat dan lemas ketika melaksanakan ibadah lainnya. Ingatlah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

6. Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Puasa Daud sebaiknya hanya dilakukan oleh orang yang mampu dan tidak merasa sulit ketika melakukannya. Jangan sampai ia melakukan puasa ini sampai membuatnya meninggalkan amalan yang disyari’atkan lainnya. Begitu pula jangan sampai puasa ini membuatnya terhalangi untuk belajar ilmu agama. Karena ingat di samping puasa ini masih ada ibadah lainnya yang mesti dilakukan. Jika banyak melakukan puasa malah membuat jadi lemas, maka sudah sepantasnya tidak memperbanyak puasa. ... Wallahul Muwaffiq.”[2]

7. Tidak mengapa jika puasa Daud bertepatan pada hari Jumat atau hari Sabtu karena ketika yang diniatkan adalah melakukan puasa Daud dan bukan melakukan puasa hari Jumat atau hari Sabtu secara khusus.

Referensi:

* Syarh Riyadhus Sholihin, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, cetakan ketiga, 1424 H.
* Penjelasan Syaikh ‘Ali bin Yahya Al Haddadi di website pribadinya haddady.com pada link: http://www.haddady.com/ra_page_views.php?id=323&page=19&main=7



Faedah ilmu ketika safar, 13 Rabi'ul Akhir 1431 H (29/03/2010), Via BB.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com/

[1] HR. Bukhari dan Muslim no. 1159

[2] Syarh Riyadhus Sholihin, 3/470.

By Badroe with No comments

Shalat Jamak dan Qashar

Nyari jawaban tentang sholat jamak dan qoshor dari temen dan semoga tulisan ini bisa membantu menjawabnya. Biasa deh, dapet salin dari era muslim


Assalamualaiku Wr. Wb.,

Ustazd yang dirahmati Allah, izinkan saya mengajukan beberapa pertanyaan mengenai shalat jamak.

1. Bagaimanakah status shalat jamak?

2. Apakah ia sunnah?

3. Kapan kita dianjurkan untuk shalat jamak?

4. Bagaimana hukumnya kalau sebenarnya kita dalam keadaan memungkinkan untuk menjamakkan shalat tetapi kita tidah menjamaknya.

5. Bagaimana pula dengan salat kashar dan kapai kita perlu menggabung keduanya.

6. Kemudian bagaimana niat shalat jamak dan kashar itu sendiri.

Mohon maaf ustazd... apakah bisa saya minta email pribati ustadz? kadang-kadang ada banyak pertanyaan-pertanyaan singkat misalnya pada saat untadz meneragkan jawaban untuk sebuah pertanyaan, ada sesuatau yang ingin saya ketahui kelanjutannya yang mungkin kurang tepat kalau saya tanyakan di sini.

saya tidak tau harus menanyakan kemana...

Terima kasih, wassalam



Mulyadi
Jawaban

Waalaikumussalam Wr Wb

Saudara Mulyadi yang dimuliakan Allah swt

Islam adalah agama Allah swt yang banyak memberikan kemudahan kepada para pemeluknya didalam melakukan berbagai ibadah dan amal sholehnya, sebagaimana firman Allah swt :

يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ


Artinya : “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al Baqoroh : 185)


وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ


Artinya : “Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (QS. Al Hajj : 78)

Seperti halnya seorang yang tidak memiliki air untuk berwudhu maka ia diperbolehkan bertayammum, begitupula dengan sholat yang dapat dilakukan dengan cara dijama’ (dirangkap) maupun diqoshor (dipotong).

Adapun jawaban dari beberapa pertanyaan yang anda ajukan adalah sebagai berikut :

1. Mengerjakan sholat dengan cara dijama’ atau diqoshor ini didapat dari Rasulullah saw, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Malik dari Muadz bahwasanya pada suatu hari Nabi saw pernah mengakhirkan sholat di waktu peperangan Tabuk kemudian berliau saw pergi keluar dan mengerjakan sholat zhuhur dan ashar secara jama’. Setelah itu beliau saw masuk kemudian keluar dan mengerjakan sholat maghrib dan isya secara jama’.” Sedangkan dalil untuk sholat dengan cara diqoshor adalah apa yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Daud dan baihqi dari Yahya bin Yazid, ia berkata,”Aku bertanya kepada Anas bin Malik mengenai mengqoshor sholat. Ia menjawab, Rasulullah saw mengerjakan sholat dua rakaat jika sudah berjalan sejauh tiga mil atau satu farsakh.”

2. Jama’ (merangkap) dua sholat baik antara zhuhur dengan ashar maupun maghrib dengan isya bukanlah suatu kewajiban akan tetapi disunnahkan manakala ada salah satu dari beberapa persyaratannya.

3. Sebagaimana poin no 2 bahwa, seseorang diperbolehkan merangkap (menjama’) shalat zhuhur dengan ashar baik dengan cara taqdim (dikerjakan di waktu zhuhur) maupun dengan cara ta’khir (dikerjakan diwaktu ashar) atau menjama’ antara sholat maghrib dengan isya baik dengan cara taqdim maupun ta’khir apabila ada salah satu sebab diantara perkara berikut ini :

a. Menjama’ di Arafah dan Muzdalifah; para ulama sependapat bahwa sunnah menjama’ sholat zhuhur dan ashar dengan cara jama’ taqdim pada waktu zhuhur di Arafah, begitu juga antara sholat maghrib dan isya dengan cara ta’khir di waktu isya di Muzdalifah, sebagaimana yang pernah dilakukan Rasulullah saw.

b. Menjama’ didalam bepergian; menjama’ dua sholat ketika bepergian pada satu waktu dari kedua sholat itu, menurut sebagian besar ulama, adalah diperbolehkan tanpa ada perbedaan apakah dilakukan pada saat berhenti ataukah dalam perjalanan.

c. Menjama’ diwaktu hujan; Imam Bukhori meriwayatkan bahwa “Nabi saw pernah menjama’ antara sholat maghrib dan isya pada suatu malam yang diguyur hujan lebat.” Keringanan ini hanya khusus bagi orang yang mengerjakan sholat berjama’ah di masjid yang datang dari tempat yang jauh, hingga dengan adanya hujan dan sebagainya, hal itu menjadi penghalang dalam perjalanan. Adapun bagi orang yang rumahnya berdekatan dengan masjid atau orang yang mengerjakan sholat jama’ah di rumah, atau ia dapat pergi ke masjid dengan melindungi tubuh, ia tidak boleh menjama’.

d. Menjama’disebabkan sakit atau uzur; sebagaimana dikatakan oleh Imam Ahmad, Qodhi Husein, al Khottobi, Mutawalli dari golongan Syafi’i dikarenakan kesukaran di waktu sakit lebih besar daripada kesukaran di waktu hujan.

e. Menjama’ disebabkan adanya keperluan; Imam Nawawi mengatakan bahwa beberapa Imam membolehkan jama’ kepada orang yang tidak musafir apabila ia ada suatu kepentingan dengan syarat hal itu tidak dijadikannya kebiasaan. Ini juga pendapat Ibnu Sirin dan Asuhab dari golongan Maliki. Menurut al Khottobi bahwa ini juga pendapat dari Qoffal dan asy Syasyil Kabir dari golongan Syafi’i juga dari Ishaq Marwazi dan dari jama’ah ahli hadits.

4. Menjama’ bukanlah suatu kewajiban namun ia hanyalah keringanan yang disunnahkan bagi mereka yang memenuhi persyaratan untuk melakukannya. Dengan demikian apabila seseorang tidak mengambil keringanan ini atau menjama’ antara dua sholat baik dengan cara taqdim atau ta’khir maka hal itu dipebolehkan dan tidak ada dosa baginya.

5. Adapun sholat qoshor atau dengan memotong jumlah raka’at, sholat zhuhur, ashar dan isya menjadi dua rakaat sedangkan sholat maghrib tetap dilakukan dengan tiga rakaat. Anda dapat melakukan sholat dengan cara qoshor baik antara zhuhur dengan ashar atau antara maghrib dengan isya ketika anda melakukan suatu perjalanan yang mencapai jarak tempuh 16 farsakh (81 km) sebagaimana pendapat para ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan Hambali. Anda pun diperbolehkan memilih antara mengerjakan sholat dengan cara qoshor atau jama’ ketika anda berada didalam suatu perjalanan yang mencapai jarak tersebut.

6. Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khottob bahasanya Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya perbuatan itu tergantung dari niat dan bagi sertiap orang hanyalah apa yang ia niatkan.” (Muttafaq ‘Alaih). Jadi diterima tidaknya suatu amal seseorang termasuk sholat yang dilakukan baik dengan cara dijama’ atau diqoshor tergantung dari niatnya yang ada didalam hatinya. Niat ini tidak diharuskan dengan kata-kata yang diucapkan dengan lisan atau pun perkataan jiwa akan tetapi ia adalah kebangkitan (keinginan) hati terhadap suatu amal tertentu. Jadi apabila anda hendak melakukan sholat jama’ atau qoshor maka niatnya cukup dengan adanya keinginan didalam untuk melakukan perbuatan tersebut dengan hanya mengharap ridho Allah swt.

By Badroe with No comments

Cinta Laki-Laki Biasa

Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari – hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, tapi melainkan milik orang banyak : Papa, Mama, kakak – kakak, tetangga dan teman – teman Nania. Mereka ternyata sama herannya.
Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan. Saat itu teman – teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari – hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang – pasang mata tertuju pada gadis itu.
Tiba – tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon lima belas watt. Hatinya sibuk merangkai kata – kata yang barangkali berterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? Menyadari, dia tak punya kata – kata!
Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki – laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi 3 bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat, karena semua berkumpul. Bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak – kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.
Kamu pasti bercanda!
Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan : mereka serius ketika mengira Nania bercanda.
Suasana sekonyong – konyong hening. Bahkan keponakan – keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi – gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!
Nania serius! Tegasnya sambil menebak – nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.
Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik! Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang – pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.
Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?
Nania terkesima.
Kenapa?
Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.
Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus! Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki – laki manapun yang kamu mau!
Nania memandangi mereka, orang – orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak – kakak dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata “kenapa” yang barusan Nania lontarkan.
Nania cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan air mata mengambang di kelopak.
Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah. Tapi kenapa?
Sebab Rafli cuma laki – laki biasa, dari keluarga biasa, dengan dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa.
Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.
Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania! Cukup!
Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran – ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan sesorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?
Sayangnya Nania lagi – lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak “luar biasa”. Nania cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur dua puluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Disampingnya Nania bahagia. Mereka akhirnya menikah.

**
Setahun pernikahan.
Orang – orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik – bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dilihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan – kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.
Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata atau cara dia meladeni Nania. Hal – hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.
Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.
Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.
Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.
Nia, siapa pun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, pintar dan punya kehidupan sukses!
Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh – sungguh.
Mereka tak boleh meremehkan Rafli.
Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.
Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak! Betul.
Tapi dia juga tidak ganteng kan?
Rafli juga pintar! Tidak sepintarmu, Nania.
Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan.
Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses.
Tidak sepertimu.
Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak – kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi – lagi percuma.
Lihat hidupmu Nania, Nania. Lalu lihat Rafli!
Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.
Teganya kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak. Ketika 5 tahun pernikahan berlalu, ocehan tu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki 2 orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setlah mereka memiliki anak – anak. Padahal itu tidak perlu, sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji abanng.
Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir, sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik...
Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga – jaga, ya? Lalu dia mengelus pipi nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.
Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!
Pertanyaan kenpa dia menikahi laki – laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab, ketika bahagia, alasan – alasan menjadi tidak penting.
Mengijak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakingemilang, uang mengalir begitumudah, rumah Nania besar, anak – anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami yang terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!
Bisik – bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang – orang di kantor, bisik tetangga kanan – kiri, bisik saudara – saudara Nania, bisik Papa Mama.
Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik. Cantik ya? Dan kaya!
Tak imbang!
Dulu bisik – bisik itu membuiatnya frustasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.
Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak – anak semakin besar. Nania mengandung anak ketiga.
Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania atau membuat Nania menangis.

***

Bayi yang dikandung Nania tidak juga keluar. Sudah lewat 2 minggu dari waktunya.
Plasenta kamu sudah berbintik – bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!
Mula – mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasa sakityang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.
Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania dirumah sakit. Hanya waktu – waktu sholat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi dan menunaikan sholat di sisi tempat tidur. Sementara kakak – kakak serta orang tua Nania belum satu pun yang datang.
Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda – tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tigamenit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.
Baru pembukaan satu. Belum adaperubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster 4 jam kemudian menyemaikan harapan.
Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense humor yang tinggi.
Tiga puluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia, sebab dulu – dulu kelahiran akn mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.
Masih pembukaan dua, Pak! Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu semakin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.
Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.
Dokter?
Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlililt tali pusar.
Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan.
Kenapa tidak dari tadi kalau begitu?
Bagaimana jika terlambat?
Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.
Pembiusan dilakukan, Nania digiring keruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter – dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun – ayun. Kesadarannya naik turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan – teriakan di sekitarnya dan langkah – langkah cepat yang bergerak, sebelum dia kemudian tak sadarkan diri. Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan dzikir.
Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.
Pendarahan hebat!
Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.
Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara – saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orang tua mereka. Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh – pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.
Setelah itu adalah hari – hari penuh doa bagi Nania.

***

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak – balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak – anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai 4 hari, mereka sudah boleh membawanya pulang. Mama, Papa dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka kerumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.
Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak – anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.
Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Qur’an kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap – cakap dan bercanda mesra..
Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakn kehadirannya.
Nania, bangun Cinta? Kata – kata itu dibisikkannya berulang – ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.
Ketika 10 hari berlalu dan pihak keluarga mualai pesimisdan berfikir untuk pasrah, rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tanga istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku – buku kesukaan nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan – bosannya berbisik... Nania, bangun Cinta? Malam – mala penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang – orang di sekitarnya, bagi Rafli.
Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak – anak merindukan ibunya. Di luar Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukuratau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.
Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan – gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama. Pada hari ke-37, doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.
Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang – ulang dengan air mata yang meleleh.
Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.
Rafli membuktikan kata – kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa.
Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama 11 tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak – anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat – cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta. Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur.
Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski sering kali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?
Tapi Rafli dengan upayanya yang terus – menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan – pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.
Setiap hari minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan – jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi kemana pun Nania harus ikut. Anak – anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan nania. Begitu bertahun – tahun.
Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang – orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih – lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania kesana kemari. Masih dengan senyum hangat di anatara wajah yang bermanik keringat.
Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang – orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga – tetangga, sahabat dan teman – teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik – bisik.
Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!
Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa danya.
Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bernuka masam!
Bisik – bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.
Bisik – bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustasi, merasa tak berani, merasa?
Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang – orang di luar mereka memeng tetap berbisik – bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik – bisik itu kini berbeda bunyi?
Dari teras Nania menyaksikan anak – anaknya bermain basket dengan ayah mereka... Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.
Ya,22 tahun pernikahan. Nania menghitung – hitung semua, anak – anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri.
Meski tubuhya tak berfungsi sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.
Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki – laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.
Seperti yang diceritakan oleh seorang sahabat.

***

(TRUE STORY : BY CAHAYA HIKMAH)

Sumber : RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF

By Badroe with No comments

Belajar Al Qur'an

Sekarang gak usah lagi bingung untuk belajar Al Qur'an Ada sebuah program yang akan membimbing kita ntuk belajar al qur'an. Mulai dari menenal huruf hijaiyah yang disertai huruf-hurufnya juga audio. Ajdi ketika Anda mengklik hurufnya, akan muncul suara dan penjelasan mengenai huruf yang Anda klik. Selain itu program ini disertai dengan belajr tajwid. Nah..lengkap sudah Anda belejar Al-qur'an. Semoga bermanfaat ya..
Download

By Badroe with No comments

Memaknai Puber Kedua

Oleh Hamim Thohari Abu Syauq

Berapa umur Anda sekarang? Empat puluh tahun, katakanlah! 
Sebagian orang -- merujuk pada pandangan psikologi sekuler -- menganggap umur empat puluh tahun adalah masa puber kedua. Pandangan ini kemudian digunakan sebagai pembenaran untuk berprilaku "nakal" tahap kedua, kenakalan orang dewasa. Sehingga melakukan selingkuh atau sekedariseng nggodain lawan jenis, ketika memasuki usia empat puluh tahun, dipandang wajar. "Ah, itu mah biasa, sedang puber kedua," katanya.
Memasuki usia empat puluh tahun, sejatinya adalah nikmat dan ujian, sekaligus peringatan. Betapa tidak, jika diberi kesempatan hidup hingga tujuh puluh tahun, berarti usia hidupnya di dunia ini hanya tinggal sepertiganya lagi. Apalagi Rasulullaah saw. bersabda: (أعمار أمتي ما بين ستين وسبعين عاما) "umur umatku (rata-rata) antara enam puluh - tujuh puluh tahun." Sungguh tidak patut jika usia krusial itu digunakan hanya untuk menuruti kemahuan nafsu yang cenderung bersifat biologis ansich.
Sejarah telah membuktikan bahwa memasuki usia empat puluh tahun adalah usia penting bagi orang-orang besar yang berhasil mengubah dunia. Muhammad saw. diangkat sebagai Rasul ketika berusia empat puluh tahun. Maka tidak salah jika empat puluh tahun disebut usia kenabian. Kebanyakan tokoh dan pemimpin dunia yang sukses dan berhasil membuat perubahan besar pada bangsanya berusia sekitar empat puluh tahun.
Begitu pentingnya usia empat puluh tahun, al-Qur'an secara khusus menyebutkan:
"... Maka tatkala (manusia) telah sampai pada usia kematangannya dan sampai pada usia empat puluh tahun, (ia) berkata: 'Tuhanku, tumbuhkanlah rasa kecenderunganku untuk mensyukuri nikmatmu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; (kecenderungan) untuk beramal sholih yang Engkau ridoi; perbaikilah keturunanku; sungguh aku bertaubat kepada-Mu dan (sungguh) aku ini termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Mu."" [al-Ahqaf: 15]
Mengisi Usia Empat Puluh Tahun
Sungguh ayat tersebut adalah petunjuk paling benar dan patut diikuti untuk meraih sukses pada usia empat puluh tahun. Usia yang disebut sebagai usia kematangan manusia dalam berbagai aspek: matang spiritual, matang intelektual, matang emosional, matang sosial dst. Kematangan pribadi manusia itulah yang kemudian melahirkan 5 kesadaran dan kecenderungan yang benar sebagaimana yang diisyaratkan di dalam ayat tesebut: 

  1. Kesadaran Untuk Selalu Bersyukur. Empat puluh tahun dunia telah dihuni. Pahit dan getir sudah cukup dirasa bahkan memadai untuk menjadi pelajaran. Pada saat itulah seharusnya orang mulai sadar, betapa besar karunia Allah yang dianugerahkan kepadanya, baik langsung kepada dirinya mau pun melalui kedua orang tuanya. Sadar betapa waktu sepertiga hayat yang tersisa tidak cukup untuk menebus dosa-dosanya, apalagi memberikan kompensasi atas limpahan nikmat Allah kepadanya. Sangat jauh dan jauh sekali!. Ibnu Mas'ud pernah ditanya tentang cara efektif untuk menebus kesalahan masa lalu. Menurut beliau, ada dua cara, yaitu: menjaga sholat wajib dengan berjamaah dan birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua). Dalam al-Qur'an perintah bersyukur kepada Allah dibarengi dengan perintah bersyukur kepada kedua orang tua. [Qs. 31 : 14]. Sebagian mufassir menjelaskan, bersyukur kepada Allah utamanya dilakukan dengan menunaikan sholat fardu lima waktu, sedangkan bersyukur kepada orang tua dilakukan dengan cara mendoakan mereka setiap usai menunaikan sholat lima waktu.
  2. Kesadaran Untuk Beramal Sholeh. Waktu tinggal sedikit, kesempatan berbekal nyaris habis, sementara perjalanan masih panjang. Sebelum sampai ke terminal akhir, di surga atau neraka, manusia akan menjalani kehidupan panjang di alam kubur atau alam barzakh, kemudian alam kebangkitan di hari Kiamat, penantian di Padang Makhsar, melewati jembatan shirat kemudian ke surga atau mampir dulu ke neraka. Bahkan ada yang tinggal abadi di neraka jahanam. Memasuki usia empat puluh tahun dengan sisa sepertiga lagi masa kehidupannya di dunia jika ditaqdir berumur 60-70 tahun, sudah sepatutnya orang menyadari untuk segera beramal sholih. Amal yang diredoi oleh Allah dan berpahala besar. Guru saya menyebut, melakukan quantum amal, lompatan dan percepatan untuk meraih pahala besar. Amal sholih yang pahalanya besar itu biasanya terdapat pada amal yang kebaikannya berdampak luas. Amal seperti itulah yang akan memberi passive reward (pahala yang akan terus didapat meskipun pelakunya sudah lama mati). Rasulullah saw. bersabda, "Jika anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya (yakni tidak ada lagi aliran pahala kepadanya) kecuali tiga perkara: Shodaqah jariyah (seperti turut membangun masjid, sekolahan, membuat jalan, menggali sumur untuk kegunaan umum...); ilmu yang bermanfaat (seperti mengajar baca al-Qur'an, mengajar orang sholat, mengajak orang ke tempat pengajian...) dan anak sholeh yang mendoakan selalu orang tuanya." [Hr. Muslim]. Penting untuk diingat: amal sholeh itu punya dua aspek, lahir dan batin. Secara lahir mesti baik, bukan amalan yang dilarang oleh syariat dan secara batin juga baik, niatnya ikhlas karena Allah semata. Jika tidak terpenuhi kedua-duanya, hanya luarnya saja yang baik tapi hatinya tidak ikhlas, atau sebaliknya meski pun niatnya ikhlas tetapi amalan lahirnya bertentangan dengan syariat maka itu bukan amal sholeh namanya. Tapi amal salah.
  3. Kesadaran Untuk Membangun Kesholihan Anak Keturunan. Memasuki usia empat puluh tahun menyentakkan kesadaran bahwa sebentar lagi kita akan berpisah dengan semua yang kita miliki dan cintai. Bahkan Rasulullah pun diingatkan oleh Jibril: "Wahai Muhammad, hiduplah semau kamu hidup, tapi kamu pasti akan mati; berbuatlah semau kamu berbuat, tapi perbuatanmu itu akan dibalas, dan cintailah semau kamu mencintai, tapi ia pasti akan kamu tinggalkan jua."Mencintai anak keturunan, bukan dengan cara merisaukan bagaimana nasib anak saya sesudah saya mati; apa pekerjaan mereka, apa jabatan mereka...? Orang tua yang mencintai keluarganya adalah mereka yang senantiasa berfikir bagaimana agar keluarganya dan anak keturunannya dapat terbebas dari api neraka. Sebab, di alam kubur yang paling dibutuhkan oleh ahli kubur adalah doa dan kesholehan keluarga yang ditinggalkan. Terutama doa dan kesholehan anak-anaknya. Maka tidak ada perkara yang paling urgent untuk dipersiapkan sebelum kita meninggalkan orang-orang yang kita cintai selain memastikan bahwa mereka menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah.
  4. Kesadaran Untuk Selalu Bertaubat. Empat puluh tahun telah kita lalui. Untuk ukuran dunia, sudah jauh perjalanan kita. Namun, langkah kaki ini, justru tidak membawa kita semakin dekat kepada Allah, Tuhan yang berhak kita sembah. Bahkan, sering kali kita menyimpang dari jalan-Nya dan melanggar rambu-rambu-Nya. Cukuplah! Perjalanan ini harus mulai kita tata ulang. Kembali ke jalan yang lurus. Jalan yang harus kita tempuh menuju ke harimbaan-Nya dengan selamat dan sejahtera. Itulah taubat, yakni kembali ke jalan Allah setelah sekian lama ditinggalkan dan memilih jalan lain di luar sana. Bertaubat adalah momentum kembali kepada kesucian, kepada fitah, yaitu penghambaan yang tulus dan suci kepada Allah saja. Hasan Bisri menyebut peristiwa pertaubatan itu adalah hari raya yang sebenarnya (Aidul Fitri). Jadi untuk merayakan hari raya, tidak perlu menunggu setahun lamanya. Bahkan dalam setiap menit dan detik, ketika kita mengingat Allah dan memohon ampun atas dosa-dosa kita itu adalah aidul fitri (kembali kepada kesucian) yang sesungguhnya.
  5. Kesadaran Untuk Mempertahankan Islam Hingga Akhir Hayat. Perjalanan yang masih sedikit tersisa ini harus dipertahankan pada arah dan alurnya yang benar. Jangan sampai di penghujung sana justru terputus lalu menyimpang. Sekali berkata "aku beriman, selamanya harus dijaga dan dipertahankan." [Qs. 41 : 31] Itulah istiqomah, yaitu sikap teguh dan konsisten meniti jalan kebaikan dan ketaatan kepada Allah hingga ajal menjemput. Allah berfirman (yang artinya), "...dan janganlah kamu mati kecuali kamu sebagai muslimin!" [Qs. 3 : 102]. Takutlah terhadap akhir hayat yang buruk, suul khatimah. Di antara sebab suul khatimah itu adalah sikap tidak konsisten (inconsistency) dalam menjalankan ibadah dan menjauhi saudara-saudaranya yang seiman, tidak tinggal dalam lingkungan dan pergaulan yang kondusif untuk menguatkan keimanannya. Begitu juga sikap suka meremehkan dosa. Walau sekecil apa pun dosa yang diremahkan itu dan dibiarkan menumpuk akan mematikan hati dan menghalangi hidayah. Tidak syak lagi, itu akan membawa suul khatimah.
Akhirnya: orang yang terbangun kesadarannya dan melakukan lima perkara tadi, janji Allah (yang artinya): 
"Mereka itulah yang akan Kami terima sebaik-baik amalnya dan akan kami ampuni segala kesalahannya dalam (golongan) ahli surga, sebagai (realisasi) janji kebenaran yang mereka dulu telah dijanjikan."[Qs. 46 : 16]
Judul aslinya : USIA EMPAT PULUH TAHUN: MEMAKNAI PUBER KEDUA

By Badroe with No comments

Bacaan Setelah Wudhu’



أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
“Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan yang haq kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya”.[1]


 اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
“Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang (yang senang) bersuci”.[2]


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
“Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji kepada-Mu. Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan yang haq di sembah selain Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu”.[3]


[1]. HR. Muslim: 1/209.
[2]. HR. At-Tirmidzi: 1/78, dan lihat Shahih At-Tirmidzi: 1/18.
[3] . HR. An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaumi wal Lailah, halaman; 173 dan lihat Irwa’ul Ghalil: 1/135 dan 2/94.

Diambil dari : Ruang Muslim

By Badroe with No comments

Do’a Setelah Tasyahud Akhir Sebelum Salam



اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ.

“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.”[1]



 

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ.

“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Almasih Dajjal. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan sesudah mati. Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan kerugian.”[2]





 اَللَّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ ظُلْمًا كَثِيْرًا، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِيْ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِيْ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

“Ya Allah! Sesungguhnya aku banyak menganiaya diriku, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Oleh karena itu, ampunilah dosa-dosaku dan berilah rahmat kepadaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”[3]



 

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ.

Ya Allah! Ampunilah aku akan (dosaku) yang aku lewatkan dan yang aku akhirkan, apa yang aku rahasiakan dan yang kutampakkan, yang aku lakukan secara berlebihan, serta apa yang Engkau lebih mengetahui dari pada diriku, Engkau yang mendahulukan dan mengakhirkan, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau”.[4]





 اَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ. 

“Ya Allah! Berilah pertolongan kepadaku untuk menyebut nama-Mu, mensyukuri-Mu dan ibadah yang baik kepada-Mu.”[5]



 

 اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ.

“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bakhil, aku berlindung kepada-Mu dari penakut, aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan ke usia yang terhina, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan siksa kubur.”[6]





 اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ.

“Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu, agar dimasukkan ke Surga dan aku berlindung kepada-Mu dari Neraka.”[7]





 اَللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ أَحْيِنِيْ مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِيْ، وَتَوَفَّنِيْ إِذَا عَلِمْتَ الْوَفَاةَ خَيْرًا لِيْ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، وَأَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ، وَأَسْأَلُكَ الْقَصْدَ فِي الْغِنَى وَالْفَقْرِ، وَأَسْأَلُكَ نَعِيْمًا لاَ يَنْفَدُ، وَأَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لاَ يَنْقَطِعُ، وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاءِ، وَأَسْأَلُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ، وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِيْ غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلاَ فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ، اَللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِيْنَةِ اْلإِيْمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ. 

“Ya Allah, dengan ilmu-Mu atas yang gaib dan dengan keMaha Kuasaan-Mu atas seluruh makhluk, perpanjanglah hidupku, bila Engkau mengetahui bahwa kehidupan selanjutnya lebih baik bagiku. Dan matikan aku dengan segera, bila Engkau mengetahui bahwa kematian lebih baik bagiku. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu agar aku takut kepada-Mu dalam keadaan sembunyi (sepi) atau ramai. Aku mohon kepada-Mu, agar dapat berpegang dengan kalimat hak di waktu rela atau marah. Aku minta kepada-Mu, agar aku bisa melaksanakan kesederhanaan dalam keadaan kaya atau fakir, aku mohon kepada-Mu agar diberi nikmat yang tidak akan habis dan aku minta kepada-Mu, agar diberi penyejuk mata yang tak terputus. Aku mohon kepada-Mu agar aku dapat rela setelah qadha’-Mu (turun pada kehidupanku). Aku mohon kepada-Mu, kehidupan yang menyenangkan setelah aku meninggal dunia. Aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu, rindu bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan keimanan dan jadikanlah kami sebagai penunjuk jalan (lurus) yang memperoleh bimbingan dari-Mu.”[8]



 

 اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ يَا اَللهُ بِأَنَّكَ الْوَاحِدُ اْلأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ، أَنْ تَغْفِرَ لِيْ ذُنُوْبِيْ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

“Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu, ya Allah! Dengan bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Tunggal tidak membutuhkan sesuatu, tapi segala sesuatu butuh kepada-Mu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada seorang pun yang menyamai-Mu, aku mohon kepada-Mu agar mengampuni dosa-dosaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”[9]



 

 اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، الْمَنَّانُ، يَا بَدِيْعَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ. 

“Ya Allah! Aku mohon kepada-Mu. Sesungguhnya bagi-Mu segala pujian, tiada Tuhan (yang hak disembah) kecuali Engkau Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Mu, Maha Pemberi nikmat, Pencipta langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya. Wahai Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Pemurah, wahai Tuhan Yang Hidup, wahai Tuhan yang mengurusi segala sesuatu, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu agar dimasukkan ke Surga dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa Neraka.”[10]



 

 اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنِّيْ أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ اْلأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.

“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dengan bersaksi, bahwa Engkau adalah Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Engkau, Maha Esa, tidak membutuhkan sesuatu tapi segala sesuatu butuh kepada-Mu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak seorang pun yang menyamai-Nya.”[11]


[1]. HR. Bukhari: 2/102 dan Muslim: 1/412. Lafadz hadits ini dalam riwayat Muslim.
[2]. HR. Bukhari: 1/202,Muslim: 1/412.
[3]. HR. Bukhari: 8/168 dan Muslim: 4/2078.
[4]. HR. Muslim: 1/534.
[5]. HR. Abu Dawud: 2/86 dan An-Nasai: 3/53. Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Abi Dawud, 1/284.
[6]. HR. Bukhari dalam Fathul Baari: 6/35.
[7]. HR. Abu Dawud dan lihat di Shahih Ibnu Majah: 2/328.
[8]. HR. An-Nasai: 3/54-55 dan Ahmad: 4/364. Dinyatakan oleh Al-Albani shahih dalam Shahih An-Nasai: 1/281.
[9]. HR. An-Nasai, lafadz hadits menurut riwayatnya: 3/52 dan Ahmad: 4/338. Dinyatakan Al-Albani shahih dalam Shahih An-Nasai: 1/280.
[10]. HR. Seluruh penyusun As-Sunan. Lihat Shahih Ibnu Majah: 2/329.
[11]. HR. Abu Dawud: 2/62. At-Tirmidzi: 5/515, Ibnu Majah: 2/1267, Ahmad: 5/360, lihat Shahih Ibnu Majah: 2/329 dan Shahih At-Tirmidzi: 3/163.

sumber : Ruang Muslim

By Badroe with No comments
  • Popular
  • Categories
  • Archives

 
google.com, pub-0086328622447233, DIRECT, f08c47fec0942fa0